Yang DIA Inginkan

02/08/2009 05:03

Yang DIA Inginkan

    Bacaan Minggu ini diambil dari Injil Yohanes 6:24-35, ketika orang banyak itu menemukan Yesus dan bertanya kepada-Nya, Yesus menegur mereka karena hanya mencari-Nya  dengan alasan yang dangkal. Serta mengajak mereka untuk bekerja demi makanan yang bertahan sampai hidup kekal. Perikop ini dapat dibagi menjadi 2 bagian, pertama ay. 24-26: orang banyak mencari Yesus. Kehadiran-Nya selalu ditandai oleh kerumunan orang banyak, kemana pun Ia pergi orang selalu mengerumuni-Nya. Ketika mereka tidak menemukan-Nya segera mereka berusaha untuk mencari hingga menemukan-Nya, luar biasa daya tarik-Nya. Kharisma-Nya mampu menyedot orang untuk datang agar mereka dapat menjumpaiNya.
Kisah orang banyak mencari Yesus sepertinya begitu mengharukan hati, mereka bersusah-payah menyeberang danau. Namun ketika berhasil menjumpai-Nya, sikap antusias orang banyak ini disambut oleh Yesus secara dingin, yaitu: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang” (Yoh. 6:26). Motif sebenarnya mereka mencari-Nya, agar memperoleh roti seperti yang pernah digandakan oleh Yesus. Orang banyak datang kepada Yesus tidak bertujuan untuk mengenal secara pribadi akan kasih-Nya, tetapi mereka berharap agar Yesus mau memberikan makanan yang berlimpah. Sikap orang banyak ini menggambarkan kehausan kita sebagai manusia modern yang sibuk dan bergairah mencari “Allah”. Sering kali kita dengan sangat antusias mencari “Allah”, bahkan bersedia menjual harta-benda kita  agar dapat dapat menemukan-Nya. Dan bila perlu pergi sampai ke Yerusalem serta tempat-tempat suci lainnya.  Bagi beberapa orang, sikap antusiasme demikian ini memang dapat memperdalam rohaninya, tetapi tidak sedikit pula yang memiliki sikap antusiasme ini menjadikannya  fanantisme dangkal dan sempit. Sebab motivasinya hanya untuk ingin memperoleh berkat semata dan bukan berjumpa dengan Allah yang membebaskan dan membaharui hidupnya. Dalam masyarakat terdapat paradigma dari para “pencari Allah”, bahwa suatu kemakmuran adalah tanda bahwa mereka diberkati oleh Allah. Semakin makmur mereka berarti semakin diberkati oleh Allah. Suatu kemakmuran yang diperoleh dengan bekerja keras, tentu kita hayati sebagai wujud berkat Allah. Tetapi kemakmuran dari “manipulasi cerdik” tentu bukan berasal dari Allah.
Kedua, ay.27-34: bekerjalah untuk hidup yang kekal. Kata Yesus kepada mereka: “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya". Ajakan Yesus ini ditanggapi oleh mereka dengan menanyakan pekerjaan apa yang dikehendaki oleh Allah. Sekali lagi Yesus menanggapi dan mengoreksi pandangan mereka dengan berbicara hanya satu pekerjaan saja, pekerjaan itu adalah “percaya saja kepada Dia yang telah diutus oleh-Nya”.  Sering kita berpendapat bahwa pekerjaan yang dikendaki oleh Allah adalah pekerjaan yang bersifat rohani saja. Hal ini dapat menyesatkan kita, sehingga kita bersedia untuk meninggalkan profesi atau pekerjaan sekuler kita dan aktif dalam pelayanan. Dalam pemahaman imam kristiani, setiap pekerjaan adalah kudus bila itu dilakukan untuk mempermuliakan-Nya, yaitu dengan mengabdikannya bagi keselamatan dan kesejahteran umat manusia. Dan itu semua itu dilakukan demi cintanya kepada keluarga dan sesama.  Iman kita kepada Yesus akan bemakna jika kita mewujudkan kasih Allah dalam kehidupan sehari-hari, karena setiap pekerjaan, usaha dan karier yang kita miliki adalah karena belas kasih-Nya saja. Sehingga tidak sepantasnyalah kita melakukan explotasi serta manipulasi terhadap sesama kita, karena ia kita miliki sekarang adalah atas penyelenggaraannya saja. Sudahkah  kita memilliki sikap spritualitas yang demikian.
 Tuhan memberkati                                     (Alex)

—————

Back